WELCOME

Selamat datang di blog ini. Temukan pertualangan anda di blog ini. Terima kasih atas kunjungannya,
Good Luck.............!!!!!!!!!!!!!!!!!

Selasa, 07 Desember 2010

PROPOSAL PENELITIAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Gambar teknik merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai oleh siswa, gambar teknik tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembuatan benda jadi atau perakitan sebuah benda jadi. Gambar teknik selalu mengalami perkembangan yang berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi, hal yang demikian kebanyakan tidak disadari oleh sebagian siswa yang disebabkan minimnya informasi mengenai apa dan bagaimana sebenarnya gambar teknik itu.
Minimnya informasi mengenai apa dan bagaimana sebenarnya gambar teknik mengakibatkan kurangnya perhatian siswa terhadap gambar teknik, walaupun kurangnya perhatian siswa terhadap gambar teknik, namun kecerdasan emosional yang baik mampu meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa.
Goleman (2001) kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Goleman (2001) individu yang mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam mengendalikan dirinya memiliki semangat dan ketekunan yang tinggi, mampu memotivasi dirinya sendiri dalam mengerjakan sesuatu dan mampu berinteraksi baik dengan orang lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman menunjukkan bahwa selain Kecerdasan Intelektual (IQ), faktor Kecerdasan Emosional (EQ) adalah sangat berperan dalam hasil belajar.
Pernyataan ini juga didukung oleh Thonthowi (dalam Goleman, 2001) bahwa berhasil tidaknya pendidikan tidak semata–mata tergantung pada tingkat kecerdasan. Faktor emosi ternyata ikut serta mempengaruhi. Misalnya rasa takut, benci atau bosan terhadap bahan belajar, sifat mudah putus asa di dalam pekerjaan rumah, kekecewaan terus menerus akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa
Permasalahan tertentu dalam pembelajaran gambar teknik adalah bagaimana caranya kita menerapkan atau menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat memahami konsep gambar teknik. Selain itu gambar teknik merupakan topik yang sangat sulit untuk dipelajari maupun diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada guru bidang studi Gambar teknik di SMK Negeri 2 Langsa. Berdasarkan hasil wawancara di sekolah tersebut diperoleh informasi bahwa siswa cenderung salah menafsirkan mengenai etiket gambar, cara menggunakan alat gambar dan simbol–simbol dari suatu arsiran dari sebuah potongan gambar.



B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah:
1. Gambar teknik adalah salah satu mata pelajaran yang harus diperhatikan karena mutu gambar teknik sangat diperlukan dalam permesinan.
2. Kurangnya kesadaran siswa tentang apa itu sebenarnya gambar teknik karena gambar teknik selalu mengalami perkembangan yang berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi.
3. Minimnya informasi mengenai apa dan bagaimana sebenarnya gambar teknik mengakibatkan kurangnya perhatian siswa terhadap gambar teknik.
4. Selain kecerdasan Intelektual (IQ), faktor kecerdasan Emosional (EQ) sangat berperan dalam hasil belajar.
5. Sebagian besar siswa SMK memiliki kemampuan mengambar teknik yang masih perlu diperhatikan.
6. Siswa cenderung salah menafsirkan mengenai cara pengunaan alat–alat gambar dan pembuatan etiket gambar.

C. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas maka perlu adanya batasan masalah demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini batasan masalah difokuskan pada Hubungan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Gambar Teknik Jurusan Teknik Mesin Kelas XI SMK Negeri 2 Langsa .

D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas agar penelitian ini lebih signifikan kepada hal yang diinginkan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Hubungan Kecerdasan Emosional Siswa Dengan Hasil Belajar Gambar Teknik Jurusan Teknik Mesin Kelas XI SMK Negeri 2 Langsa .

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: ”Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar gambar teknik jurusan teknik Mesin Kelas XI SMK Negeri 2 Langsa ”

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan diketahui pengaruh yang ditimbulkan oleh emosi para siswa terhadap hasil belajar terutama dalam pelajaran gambar teknik maka dapat lebih meningkatkan kualitas hasil belajar yang lebih baik lagi.
2. Bagi para pelajar, dengan mengetahui kecerdasan emosional siswanya akan dapat mengarahkan minat, bakat atau lebih memicu prestasi para siswanya.
3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin di fakultas teknik Universitas Negeri Padang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis.
1. Kecerdasan Emosional.
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi).
Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10).
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.
Menurut Gardner, kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002 : 52).
Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku”. (Goleman, 2002 : 53).
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Goleman, 2000 : 57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
2. Hasil Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar perlu dilakukan evaluasi untuk menilai keberhasilan proses belajar mengajar sehingga dapat dikatakan belum atau sudah berhasil. Evaluasi yang menjadi tolak ukur keberhasilan belajar adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal (cability) yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu (performance).
Winkel (1996) menyatakan bahwa hasil belajar dikatakan relative menetap karena adanya kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapuskan dan digantikan dengan hasil yang baru. Dari uraian tersebut maka dapat dipahami mengenai hasil belajar yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mendapatkan kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri individusebagai hasil aktivitas belajar.
Hasil belajar tergantung dari apa yang dipelajari dan faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajat tersebut baik secara intern yaitu secara jasmaniah, psikologis dan kelelahan ataupun ekstern yaitu faktor dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
Winkel (1996) pembagian hasil belajar menurut Bloom terbagi atas 3 (tiga) kategori, yaitu:
1. Ranah Kognitif yang mencakup tentang pengetahuan.
2. Ranah Afektif yang mencakup tentang sikap dan penerimaan.
3. Ranah Psikomotor yang mencakup tentang persiapan dan persepsi.
Djamarah (2002) sistematika Gayne meliputi 5 (lima) kategori hasil belajar yang masing–masing mencakup sejumlah kemampuan internal yang bercirikan sama dan sekaligus berbeda sifatnya dari kemampuan dalam kategori lain. Kelima kategori hasil belajar yang dikemukakan Gayne adalah sebagai betikut:
1. Informal Verbal (Verbal Information) adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.
2. Kemahiran Intelektual (Intelectual Skill) merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi khususnya dan berbagai lambang / symbol.
3. Pengaturan Kegiatan Kognitif (Cognitive Strategy) merupakan suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kemahiran intelektual yang dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Pengaturan kegiatan kognitif ini lebih secara terpadu.
4. Keterampilan Motorik (Motor Skill) merupakan suatu keterampilan motorik untuk mampu melakukan suatu rangkaian gerak–gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara gerak –gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
5. Sikap (Attitude) merupakan keterampilan internal yang berperan dalam mengambil tindakan sehingga mampu memilih secara tegas diantara berbagai kemungkinan (Winkel, 1996).

Gambar teknik adalah sebuah mata pelajaran yang ada di sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Langsa, dalam mengambar tingkat kebersihan dari kertas gambar selalu rendah begitu juga dalam menggunakan sepasang pengaris segitiga selalu salah. Dalam pembuatan etiket gambar siswa selalu salah menafsirkan, mana etiket yang digunakan untuk gambar 2 dimensi dan gambar 3 dimensi atau gambar proyeksi.
Gambar teknik sangat berkaitan dengan emosional siswa, karena bila ada dorongan untuk bertindak seketika dan untuk mengatasi masalah yang terkait dengan pengalaman dari waktu ke waktu maka dengan sendirinya siswa tersebut akan terbiasa dan akan dapat mengambar dengan baik.
Dalam segi perasaan gambar teknik juga harus memiliki pengalaman yang bersifat efektif, yang dihayati sebagai suka (pleasentness) dan ketidak sukaan (unpleasentness).
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam bukti laporan yang disebut rapor.
B. Kerangka Konseptual.
1. Hubungan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Hasil Belajar Gambar Teknik Siswa.
Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dari aktivitas belajar menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pengetahuan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, salah satunya yaitu kecerdasan emosional. Mustaqim (2004) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional sangat berperan dalam proses dan keberhasilan belajar. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan untuk mengenali perasaan dan emosi serta kemampuan untuk mengelolanya dengan baik pada diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain sebagai sumber energi untuk membimbing pikiran dan tindakan seseorang.
Goleman (2001) yaitu individu yang memiliki kemampuan atau keterampilan dalam mengendalikan dirinya, mempunyai semangat dan dan ketekunan yang tinggi, mampu memotivasi dirinya sendiri dalam pengerjaan sesuatu dan mampu berinteraksi baik dengan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai kecerdasan emosional tinggi akan mampu mengendalikan dirinya ke arah positif, mempunyai semangat dan ketekunan yang tinggi dalam belajar mampu memotivasi dirinya sendiri untuk lebih berprestasi serta mampu menjaga hubungan yang baik dengan teman maupun dengan guru.
Goleman (2001) adalah kemampuan seseorang dalam mengenal diri, mengelola dan mengekspresikan emosi, memotivasi diri dan kemampuan mengenal emosi orang lain serta hubungan dengan orang lain. Berdasarkan beberapa pengamatan siswa yang kecerdasan emosionalnya baik akan dapat mengelola dan dapat memanfaatkan emosinya secara efektif, sehingga siswa tersebut dapat mengatasi kecemasan yang berlebihan, ketegangan atau kesedihan yang dapat menghambat kemampuan belajar. Kesukaran dan kesulitan dalam belajar tidak membuat frustasi dan rendah diri, tetapi membuatnya memperbaiki diri dan mencoba mengatasi kegagalan–kegagalan itu.
Kecerdasan emosional bukanlah sesuatu yang statis atau bersifat genetika seperti intelligens, melainkan dapat dikembangkan dan ditingkatkan kapasitasnya. Para guru di sekolah bertugas menciptakan iklim yang kondusif agar kemampuan siswa dalam belajar dapat dioptimalkan melalui pengembangan kecerdasan emosional siswa.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik di sekolah.
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Hipotesis alternatif (Ha) : “Terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada pelajaran gambar teknik”
2. Hipotesis nihil (Ho) : “Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar pada pelajaran gambar teknik”

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Langsa kelas XI jurusan teknik mesin tahun pelajaran 2008/ 2009, Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2008.

B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI (Sebelas) SMK Negeri 2 Langsa tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah siswa 70 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel (Total Sampling), Yaitu siswa SMK Negeri 2 Langsa kelas XI (Sebelas) yang memiliki 2 kelas. Kelas pertama berjumlah 35 orang dan untuk kelas kedua berjumlah 35 orang, jadi total siswa yang diteliti 70 orang.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dari sampel yang akan diteliti. Yang dilakukan dengan memberikan angket.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil belajar gambar teknik siswa yang diperoleh dari hasil nilai raport terakhir pelajaran mengambar teknik.

D. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Pembuatan Instrumen
Menurut pengertiannya, angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Daftar cocok, menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pernyataan atau pertanyaan yang pengisiannya oleh responder dilakukan dengan memberikan tanda contreng atau tanda cocok () pada tempat-tempat yang sudah disediakan. Jadi "daftar cocok" sebenarnya merupakan semacam angket juga tetapi cara pengisiannya dengan memberikan tanda cocok itulah yang menyebabkan ia disebut demikian.
Untuk memperoleh data kecerdasan emosional penulis menggunakan angket yang disebar kepada siswa, jenis angket disini sifatnya tertutup karena alternatif jawaban sudah ditentukan penulis. Setiap item dari angket berisi 4 pilihan yang merupakan jawaban, sedangkan setiap option berbeda mulai dari skor yang paling tinggi sampai skor yang paling rendah adalah sebagai berikut:
Option A = 4 Option B = 3
Option C = 2 Option D = 1
Angket untuk kecerdasan emosional disusun sebanyak 20 butir. Indikator – indikator yang digunakan dalam pembuatan angket ini sesuai dengan tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Indikator – indikator Angket Kecerdasan Emosional
NO Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah Item No Item
1 Emosional - Emosi itu lemah

- Emosi berbahaya

- Pengendalian diri - Ketakutan
- Kesedihan
- Amarah
- Terkejut
- Penguasaan Diri
- Pengenalan 1

2 Perasaan - Perasaan biologis


- Perasaan Rohaniah

- Hubungan dengan orang lain
- Kebahagiaan
- Kegelisahan
- Empati
- Motivasi 3

Angket Terdapat Pada Lampiran 2
Sebelum angket digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu dicari kesahihannya berdasarkan validitas dan reliabelitas. Untuk validitas angket digunakan koreksi Product Moment.
2. Uji Coba Instrumen
1. Validitas Instrumen
Data yang diambil untuk Pendistribusian adalah dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa pada saat penelitian nanti. Hasil yang telah dicapai dari pemberian angket tersebut dimasukkan kedalam pendistribusian data.
Untuk menguji validitas angket penulis menggunakan rumus korelasi product moment dengan rumus:
(Arikunto,2003)
Keterangan:





Harga r adalah jika r = 0 ditafsir bahwa tidak terdapat hubungan linier antara kedua variabel tersebut.
Besarnya r Interpretasi
0,800 < x =" rata-rata" s =" simpangan" proporsi="" s="" rumus="" menghitung="" dari="" selisih="" ambil="" yang="" paling="" besar="" diantara="" harga="" mutlak="" tersebut="" dan="" nyatakan="" memakai="" taraf="" nyata="" dengan="" kriteria="" sudjana="" 1992="" jika="" l0=""><> Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas varians populasi digunakan uji Barlett dengan statistik Chi-kuadrat. Jika dalam pengujian normalitas yang diperoleh distribusi normal selanjutnya dilakukan uji homogenitas yaitu menguji kesamaan varian.
Langkah-langkah pada uji homogenitas :
1). H0 : 12
2). Hitung varians masing-masing variabel penelitian.
3). Hitung varians gabungan dari variabel penelitian.




4). Hitung satuan B dengan rumus :
B = (log S2 )  (ni-1) (Sudjana 1992 : 263)
Uji Bartlett dengan menggunakan uji chi-kuadrat yaitu :
X2 = (ln 10)B-(ni-1) log Si2
Dengan dk = k-1 dan  = 0,05 dimana k adalah benyaknya variabel kriteria pengujian adalah tolak hipotesis jika Xhitung > Xtabel

3. Pengujian Hipotesis
a. Besarnya variabel
Untuk menghitung besarnya daya dukung antara kecerdasan emosional siswa dengan hasil belajar gambar teknik siswa dipergunakan koefisien determinasi.
Setelah nilai a dan b dalam persamaan regresi linier diketahui selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mencari koefisien determinasi . Dengan rumus yang dipergunakan untuk mencari koefisien determinasi tersebut adalah:

Setelah nilai koefisien diketahui dalam bentuk persentase, kemudian nilai tersebut diinterpretasikan kepada hubungan antara variabel X dan Y.
Perhitungan koefisien korelasi dilakukan dengan analisis korelasi product moment untuk uji dua pihak. Hipotesis alternatif (Ha :   0) diterima apabila -1 ≤ r ≤ +1 ; r ≠ 0 pada taraf signifikansi  = 0,05. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga indeks determinasi (I) = (r2) x 100% = 0 yang berarti kecerdasan emosional memberikan kontribusi sebesar 0 terhadap hasil belajar siswa.

b. Hubungan variable
Untuk mengetahui beberapa besar hubungan antara variabel X dan variabel Y digunakan Korelasi Moment Product Person dengan rumus:
(Arikunto,2003)
Dimana: = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = banyak sampel
= skor kecerdasan emosional siswa
= hasil belajar matematika siswa
Harga r adalah jika r = 0 ditafsir bahwa tidak terdapat hubungan linier antara kedua variabel tersebut.
Untuk menafsirkan keberartian harga validitas tiap item pertanyaan angket, maka harga r tersebut dibandingkan dengan harga kritik r product moment, dengan kriteria maka item pertanyaan tersebut tergolong valid.


Adapun model hipotesa dari penelitian ini adalah:

Untuk menguji hipotesa ini digunakan statistic uji t yaitu:

Dimana: t = besar t hitung
r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
n = jumlah siswa
Untuk menguji hipotesis nol , kriteria pengujian terima jika
Untuk taraf nyata dan dk = n – 2 dalam hal lain diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek., Jakarta: Rineka Cipta.

Arikuto, S. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Azhar, S. (2004). Pengantar Psikologi Intelligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, D. (1998). EQ – Kecerdasan Emosional Membangun Hubungan. Jakarta: Pustaka Delapratasa.

Mustaqim, H. (2001). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ngermanto, A. (2001). Kecerdasan Kuantum. Bandung: Nuansa.

Sudjana. (1975). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Tidak ada komentar: