WELCOME

Selamat datang di blog ini. Temukan pertualangan anda di blog ini. Terima kasih atas kunjungannya,
Good Luck.............!!!!!!!!!!!!!!!!!

Kamis, 23 Desember 2010

proposal hubungan disiplin belajar terhadap hasil belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal itu, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan juga salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.

1

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena yang bersangkutan harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari‑hari saat ini maupun yang akan datang.

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan Indonesia diantaranya adalah penyempurnaan kurikulum lama yang dikembangkan menjadi kurikulum yang baru. Perubahan kurikulum ini diterapkan ada setiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA termasuk juga SMK yang ada diseluruh Indonesia. Pemikiran ini mengandung konsekuensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah kejuruan untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus‑menerus dilakukan, diselaraskan, dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha/dunia industri, perkembangan dunia kerja, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya jurusan Otomotif sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga kerja dituntut dapat menghasilkan tamatan yang berkualitas serta relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang baik skala regional, nasional maupun global. Dalam kegiatannya SMK dengan jurusan otomotif harus mampu menyinkronkan antara kompetensi lulusan yang berkualitas dengan kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Dimana lulusan jurusan teknik otomotif harus peka terhadap kemajuan IPTEK dibidang otomotif yang sedang berkembang saat ini.

Perkembangan teknologi dibidang otomotif saat ini lebih banyak mengarah kepada sistem otomatisasi elektronis yang berbasis komputasi pada kendaraan. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya produk-produk kendaraan yang mengaplikasikan kemajuan teknologi electronic tersebut, baik itu pada sistem atau komponen-komponen yang ada pada kendaraan maupun peralatan yang dipergunakan untuk melakukan perawatan, pengujian dan perbaikan pada kendaraan, seperti Scan Tool yang digunakan dalam sistem EFI, Engine Gas Analyzer yang digunakan untuk melakukan analisis gas buang pada kendaraan, alat Spooring yang digunakan untuk melakukan pengecekan sudut belok roda, alat Balancing yang digunakan untuk melakukan pengecekan kebalingan roda dan Teknologi kendaraan lainnya, mulai dari Variable Valve Timing with intelligence (VVT-i), ABS (Antilock Braking System), Transmisi otomatis , Pengapian elektronis, bahkan hingga mesin hybrid. Teknologi otomotif tersebut menggunakan sistem komputer dalam kerjanya. Sejalan dengan perkembangan teknologi tersebut seharusnya diikuti dengan pengetahuan dan kompetensi yang memadai dalam mengikuti perkembangan teknologi tersebut, khususnya bagi siswa jurusan otomotif.

Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), salah satu mata pelajaran untuk menunjang pengetahuan dan kompetensi siswa Jurusan Teknik Otomotif dalam menghadapi kemajuan dibidang komputerisasi dikenal dengan mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI). Mata pelajaran KKPI di sekolah menengah kejuruan bertujuan untuk memberikan bekal keterampilan dasar penguasaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology) kepada siswa, terutama dalam menghadapi lapangan kerja di kemudian hari. Pembelajaran KKPI diarahkan pada kemampuan dasar keterampilan computer, prinsip kerja berbagai jenis peralatan baik Hardware maupun Software-nya. Selain itu keberadaan pembelajaran media computer, amatlah berarti bagi pembentukan pemahaman siswa sehingga siswa dapat memiliki kemampuan minimal dalam mengembangkan dirinya, khususnya dalam mempersiapkan diri ke lingkungan dunia pendidikan tinggi atau dunia kerja pada saat mereka lulus nanti.

Mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi juga merupakan salah satu ciri muatan yang dibelajarkan dalam kurikulum KTSP 2006. Tujuan dari mata pelajaran tersebut ialah penguasaan pengetahuan faktual tentang pemahaman, keterampilan, dan sikap siswa terhadap konsep‑konsep tentang keterampilan komputer dan tentang bagaimana memperoleh, mengelola informasi. Mata pelajaran adalah alat, sedangkan yang ingin dicapai adalah pembentukan kecakapan hidup (life skill), sebab kecakapan hidup itulah yang diperlukan pada saat seseorang memasuki kehidupan sebagai individu yang mandiri, anggota masyarakat, dan warga Negara.

Pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi merupakan sebuah dasar bagi pengembangan kompetensi siswa jurusan teknik otomotif untuk dapat mempersiapkan diri menghadapi kemajuan teknologi dipasar kerja khususnya pada industri otomotif. Keberhasilan dalam pembelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi ini akan tercermin dari kompetensi yang dicapainya, seperti konsep, pengetahuan, operasi dasar pengelolaan informasi, pemecahan masalah, dan pengoperasian peralatan yang berbasis komputer dan kemampuan minimal yang harus dibekalkan adalah agar siswa jurusan teknik otomotif dapat melihat informasi dan menggunakan komputer sebagai alat bantu mencari informasi, mengelompokkan, mengklasifikasikan, menyimpan, mengambil kembali informasi tersebut, mengemas menjadi informasi baru, menyusun menjadi bahan paparan, dan memaparkan atau mempresentasikan.

Berdasarkan pengamatan penulis dan pengalaman guru yang mengasuh siswa dalam pembelajaran Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi di SMK Negeri 1 Bukittinggi, terlihat masih rendahnya kompetensi yang dicapai oleh siswa kelas II jurusan Teknik Otomotif. Rendahnya kompetensi ditandai dengan hasil belajar yang belum mencapai standar yang ditetapkan yakni kriteria ketuntasan minimal siswa yaitu 65. Dari hasil penilaian hasil belajar kelas II teknik otomotif pada semester 3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi di SMK Negeri 1 Bukittinggi, menunjukkan bahwa rata‑rata nilai hasil belajar murni siswa kelas II jurusan Teknik Otomotif pada pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi berada dibawah standar ketuntasan minimal yaitu hanya mencapai 53,14. Dengan rincian siswa yang diremedial sebanyak 26 orang. Kemudian setelah dilakukan remedial rata‑rata nilai hasil belajar siswa kelas II jurusan Teknik Otomotif pada pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi hanya mencapai angka 66. Angka ini tidak terlalu jauh dari standar ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu 65.

Rentang nilai murni KKPI siswa jurusan Teknik Otomotif semester 3.

Rentang Nilai

Jumlah Siswa/Kelas

II TMO 1

II TMO 2

II TMO 3

II TMO 4

Jumlah

27,13 – 59,00

(dibawah KKM)

17

3

9

8

37 Orang

65,00 – 78,00

(diatas KKM)

10

24

18

17

69 Orang

Sumber: Dokumentasi Labor KKPI

Komposisi nilai murni KKPI jurusan Teknik Otomotif semester 3.

Standar Kompetensi

Kelas

Kriteria Ketuntasan Minimal

Angka rata-rata kelas

Huruf

Mengoperasikan PC dalam jaringan

II TMO 1

65

49,34

D

II TMO 2

65

56,66

D

II TMO 3

65

55,99

D

II TMO 4

65

50,59

D

Rata-rata

65

53,14

D

Sumber: Dokumentasi Labor KKPI

Komposisi nilai remedial KKPI jurusan Teknik Otomotif semester.

Standar Kompetensi

Kelas

Kriteria Ketuntasan Minimal

Angka rata-rata kelas

Huruf

Mengoperasikan PC dalam jaringan

II TMO 1

65

59,17

D

II TMO 2

65

68,19

C

II TMO 3

65

70, 26

C

II TMO 4

65

64,98

D

Rata-rata

65

66

C

Sumber: Dokumentasi Labor KKPI

Kenyataan ini terlihat dari fenomena seperti: (1) sebagian siswa, tidak dapat mengidentifikasi perangkat hardware maupun software, penggunaan perangkat komputer dengan benar dan kurangnya kesadaran dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik, (2) masih adanya siswa yang belum mampu menjalankan sistem informasi dan pengelolaan file dengan baik, dan (3) masih banyak siswa yang belum mampu membuat karya program pengolah data, basis data, serta mengkombinasikannya dengan baik. Kenyataan ini disebabkan tingkat pengetahuan dan kemampuan siswa yang tercermin dari hasil belajarnya yang masih rendah.

Melihat masih rendahnya hasil belajar siswa kelas II jurusan Teknik Otomotif SMK Negeri 1 Bukittinggi pada pelajaran keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, maka penulis merasa perlu untuk mengkaji dan membahas permasalahan tentang hal‑hal yang berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi.

B. Identifikasi Masalah

Hasil belajar siswa yang rendah dikontribusi oleh berbagai faktor. Secara umum ada dua faktor yang mengkontribusi hasil belajar siswa dalam belajar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa seperti kesehatan, inteligensi, bakat, minat, motivasi, disiplin, dan cara belajar, sedangkan faktor yang berasal dari luar seperti keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan pengamatan penulis dan informasi dari pembimbing mata pelajaran KKPI di SMK Negeri 1 Bukittinggi, diduga faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran keterampilan komputer dan pengelolaan informasi adalah rendahnya kedisiplinan belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Fenomena, ini terlihat; (1) Siswa kurang disiplin selama pelaksanaan pembelajaran dengan mencari kesibukan masing‑masing, seperti main game dan chatting; (2) rendahnya kesadaran siswa dalam melaksanakan tugas­ tugas yang diberikan; (3) kurangnya ketaatan siswa terhadap aturan‑aturan yang lelah ditetapkan selama kegiatan praktikum; (4) Kurangnya tanggung jawab siswa dalam melaksanakan praktikum, dimana sebagian siswa ketika selesai praktikum tidak mematikan komputer.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas. Diduga faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dari fenomena di lapangan adalah rendahnya disiplin belajar siswa. Oleh sebab itu penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu pada, "Korelasi disiplin belajar terhadap Hasil Belajar Pelajaran KKPI Siswa Kelas II Teknik Otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi”.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini untuk mengetahui: Apakah terdapat Korelasi antara disiplin belajar terhadap Hasil Belajar Pelajaran KKPI Siswa Kelas II Teknik Otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

  1. Mendeskripsikan disiplin belajar Pelajaran KKPI Siswa Kelas II Teknik Otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi.
  2. Mendeskripsikan hasil belajar Pelajaran KKPI Siswa Kelas II Teknik Otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi.
  3. Mengetahui korelasi antara disiplin belajar terhadap hasil belajar pelajaran KKPI Siswa Kelas II Teknik Otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi.
  4. Mengetahui besarnya kontribusi disiplin belajar terhadap hasil belajar pelajaran KKPI Siswa Kelas II Teknik Otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi semua pihak yang terkait

terutama bagi :

1. Siswa/i SMK Negeri 1 Bukittinggi khususnya jurusan Teknik Otomotif dalam meningkatkan hasil belajarnya pada pelajaran KKPI.

2. Guru SMK Negeri 1 Bukittinggi dalam meningkatkan disiplin belajar siswa mengikuti pelajaran KKPI.

3. Kepala SMK Negeri 1 Bukittinggi dalam mendukung berkembangnya kompetensi siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

4. Bagi penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan pada program Studi Teknik Otomotif.

5. Sebagai bahan perbandingan dan rujukan bagi penelitian berikutnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi

a. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan seseorang didalam pembelajaran. Menurut Oemar (2001: 30) hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, timbulnya pengertian baru, perubahan sikap, keterampilan menghargai perkembangan sifat-sifat sosial, emosional, dan pertumbuhan jasmani. Sedangkan Ahmad (2005:33) berpendapat bahwa seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya, sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Perubahan tersebut bersifat internasional, positif-aktif, dan efektif fungsional.

10

Gagne dalam Friyatmi (2005:11) berpendapat bahwa terdapat lima macam hasil belajar, yaitu; 1) informasi verbal (verbal information), 2) keterampilan intelektual (intelectual skills) 3) strategi kognitif (cognitive strategy), 4) sikap (attitude) dan 5) keterampilan motorik (motor skills). Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan sistetis.

Menurut Purwanto dalam Friyatmi (2005:11) hasil belajar dapat diketahui dengan menggunakan salah satu indikator berupa tes. Hasil tes ini kemudian dianalisis oleh guru dan diberi penilaian. Penilaian bertujuan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan instruksional oleh siswa.

Sedangkan menurut Abdul (2006:185) tujuan penilaian adalah untuk mengetahui informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Dari informasi tersebut guru dapat mengetahui siswa-siswa mana yang berhak melanjutkan pelajaran karena sudah berhasil menguasai materi dan siswa mana yang belum berhasil menguasai materi serta mampu mengetahui apakah metoda mengajar yang digunakan sudah tepat atau belum.

Dapat dikatakan bahwa antara pembelajaran dan penilaian terdapat pengaruh timbal balik. Prosedur tertentu menuntut terselenggaranya pembelajaran yang sesuai, sebaliknya pendekatan pembelajaran dengan kekhususan tertentu menuntut usaha dan penilaian tertentu pula. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa proses belajar melalui pembelajaran dan penilaian hasil belajar memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Baik tidaknya pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Sebaliknya tinggi rendahnya hasil belajar siswa merupakan cerminan dari kualitas belajar dan usaha pembelajaran yang dilakukan. Secara umum yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam bentuk perubahan tingkah laku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) yang dinyatakan dengan angka atau nilai kategoris yang didapat melalui proses pembelajaran.

b. Faktor-faktor yang Mengkontribusi Hasil Belajar Siswa

Usaha dan keberhasilan belajar dikontribusikan banyak faktor. Faktor‑faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar dirinya. Namun secara garis besarnya, hasil belajar seorang siswa menurut M. Joko (2006) dikontribusi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal siswa itu sendiri. Selanjutnya kedua faktor ini akan diuraikan secara rinci berikut ini.

1) Faktor Internal

M. Joko (2006) menguraikan bahwa faktor internal yang mengkontribusi hasil belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a) Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berkontribusi terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak‑anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak‑anak yang tidak kekurangan gizi, mereka cepat lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran. Selain kondisi fisiologis umum itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran.

b) Kondisi Psikologis

Beberapa faktor psikologis yang berkontribusi terhadap proses belajar adalah minat, disiplin, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.

2) Faktor Eksternal

Selain faktor internal yang diuraikan di atas, faktor eksternal juga berkontribusi terhadap hasil belajar siswa. M. Joko (2006) menyatakan bahwa faktor eksternal ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a) Faktor‑faktor Lingkungan

Faktor‑faktor lingkungan dapat saja berupa lingkungan alami dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara, di mana di Indonesia orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari akan lebih baik hasilnya dari pada belajar sore hari. Selain itu juga lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan yang berwujud hal‑hal lain, dimana seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang yang mondar‑mandir didekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap‑cakap di dekat tempat belajar itu.

b) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor‑faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan‑tujuan belajar yang telah direncanakan pula. Menurut M. Joko (2006) faktor‑faktor ini dapat berwujud gedung, perlengkapan belajar, alat‑alat praktikum, dan sebagainya.

Dapat disimpulkan faktor‑faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar yakni; faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa seperti kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi, disiplin dan cara belajar, sedangkan faktor yang berasal dari luar seperti keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

c. Pengertian Pembelajaran

Enco (2005) menjelaskan pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Wina (2007:51) menjelaskan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk membelajarkan siswa yang melibatkan berbagai komponen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Syaiful (2005) menyatakan pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi‑kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Artinya pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

Dimyati dan Mudjiono (1999) mengatakan pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran sangat esensial, baik dalam rangka perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian. Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi tolok ukur dalam merancang sistem yang efektif.

Oemar (2001: 113) menguraikan bahwa secara khusus tujuan pembelajaran meliputi berikut ini:

1) Untuk menilai hasil pembelajaran. Pembalajaran dianggap berhasil jika siswa mencapat tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pendidikan.

2) Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan‑tujuan yang dirumuskan secara tepat berdayaguna sebagai acuan, arahan, pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar.

3) Untuk merancang sistem pembelajaran. Tujuan‑tujuan itu menjadi dasar dan kriteria dalam upaya guru memilih materi pelajaran, menentukan kegiatan belajar mengajar, memilih alat dan sumber serta merancang prosedur penilaian.

4) Untuk melakukan komunikasi dengan guru‑guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan tujuan‑tujuan itu terjadi komunikasi antara guru‑guru mengenai upaya‑upaya yang dilakukan bersama dalam rangka mencapai tujuan‑tujuan tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah menilai hasil belajar, membimbing siswa belajar, merancang sistem pembelajaran, melakukan interaksi antara guru dan siswa, dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran.

e. Pembelajaran KKPI

Penyempurnaan kurikulum dilakukan sebagai respon terhadap tuntutan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, tuntutan desentralisasi, dan hak azazi manusia. Oleh karena itu bahan kajian yang harus dikuasai oleh siswa disesuaikan dengan tuntutan‑tuntutan tersebut. Dengan dimasukkannya Teknologi Informasi dan Komunikasi di dalam kurikulum sekolah, akan membantu siswa untuk belajar teknologi informasi dan komunikasi, dan menggunakan segala potensi yang ada untuk pengembangan diri.

Enco (2005) mengatakan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Pembelajaran ini dinamakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pembelajaran ini dinamakan Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI). Meskipun dengan nama yang berbeda, namun tujuan yang ingin dicapai adalah sama.

Pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas‑tugas, dan pengamatan.

Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. Cakupan materi yang terkandung dalam, setiap standar kompetensi cukup luas dan terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran. Sesuai dengan pengertian tersebut, standar kompetensi KKPI adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil dari mempelajari KKPI.

Standar kompetensi mata pelajaran KKPI yang dipersyaratkan menurut Enco (2005) adalah sebagai berikut:

a) Konsep, Pengetahuan dan Operasi Dasar

Siswa mampu mengidentifikasi etika, moral dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam penggunaan perangkat teknologi dan komunikasi. Disamping itu siswa mampu mengidentifikasi komponen dasar perangkat keras yang meliputi: internet, jaringan lokal dan komputer (setting periferal). Siswa juga mampu memanipulasi perangkat lunak seperti: Sistem Operasi, program pengolahan kata, program lembar kerja (worksheet), program presentasi, program database, program grafik, program perancangan web (web design) serta pengayaan disajikan pengenalan bahasa permograman.

b) Pengolahan Informasi untuk Produktifitas

Siswa mampu menjalankan sistem operasi (operating system) dan manajemen file, selain itu mampu membuat dokumen dengan tabel, diagram, mail merge, presentasi, data base, membuat homepage interaktif dan menggunakan internet untuk berkomunikasi, serta menggunakan bahasa pemrograman sebagai pengayaan.

c) Pemecahan masalah, Eksplorasi dan Komunikasi

Siswa mampu membuat karya dengan program pengolahan kata, dan basis data, presentasi, serta mengkombinasikannya. Selain itu siswa mampu membuat homepage interaktif, mencari informasi dan berkomunikasi melalui internet. Sebagai pengayaan siswa mampu membuat program sederhana, dengan bahasa permograman.

Kompetensi siswa dalam pembelajaran KKPI dapat terlihat dari sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa dalam hal: (1) pengoperasian PC stand alone dengan sistem operasi berbasis teks dan GUI; (2) mengoperasikan sistem operasi; (3) menginstall software; (4) mengoperasikan software pengolahan kata; (5) mengoperasikan software aplikasi basis data; (6) melakukan entry data aplikasi dengan menggunakan keyboard', (7) melakukan update dengan menggunakan utilities aplikasi; (8) melakukan delete data, memindahkan isi sebuah file data dengan utilities aplikasi dan image scanner; dan (9) mengoperasikan software e‑mail client (Harry, 03: 2007).

Komputer sebagai Media Pembelajaran

Aplikasi komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara, individual (individual learning). Pemakai komputer atau user dapat melakukan interaksi langsung dengan sumber informasi. Perkembangan teknologi komputer jaringan (computer network/Internert) saat ini telah memungkinkan pemakainya melakukan interaksi dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang diinginkan.

Berbagai bentuk interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan tersedianya media komputer. Pada SMK Negeri 1 Bukittinggi telah memanfaatkan media ini sebagai sarana interaksi. Pemanfaatan ini didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh komputer dalam memberikan umpan balik (feedback) yang segera, kepada pemakainya.

Penggunaan Jaringan Komputer untuk Pembelajaran

Teknologi jaringan komputer/internet memberi manfaat bagi pemakainya, untuk melakukan komunikasi secara langsung dengan pemakai lainnya. Hal ini memungkinkan dengan diciptakannya sebuah alat bernama modem. Jaringan komputer/internet memberi kemungkinan bagi pesertanya untuk melakukan komunikasi tertulis dan saling bertukar pikiran tentang kegiatan belajar yang mereka lakukan. Jaringan komputer dapat dirancang sedemikian rupa agar guru dapat berkomunikasi dengan siswa dan siswa dapat melakukan interaksi belajar dengan siswa yang lain. Interaksi pembelajaran dengan menggunakan jaringan komputer tidak saja dapat dilakukan secara individual, tetapi juga untuk menunjang kegiatan belajar kelompok. Pemanfaatan jaringan komputer dalarn sistem pendidikan jarak jauh dikenal juga dengan istilah Computer Conferencing System (CCF). Biasanya sistem ini dilakukan melalui surat elektronik atau E‑mail.

2. Disiplin Belajar

Kata disiplin berasal dari bahasa latin disibel yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami perubahan menjadi discipline yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata tertib. Komaruddin dalam Zoni (2007) menyatakan bahwa disiplin adalah suatu keadaan yang menunjukkan suasana tertib dan teratur yang dihasilkan oleh orang‑orang yang berada di bawah naungan organisasi karena peraturan‑peraturan yang berlaku dihormati dan ditaati. Alex dalam Rohana (2004) mengemukakan disiplin adalah suatus sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu sikap dan perbuatan untuk selalu tepat waktu, patuh, taat, sadar dan bertanggungjawab serta menjalankan aturan‑aturan yang berlaku dalam suatu organisasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan baik secara tertulis maupun tidak tertulis.

Disiplin belajar pada dasarnya merupakan suatu perluasan dari disiplin yang dikaitkan dengan tugas seorang individu dalam pekerjaannya. Ali dalam Lily (1995) menyatakan disiplin belajar adalah suatu keadaan dimana sesuatu dalam keadaan tertib dan teratur dari semestinya.

Disiplin belajar merupakan suatu ketaatan seseorang dalam menghargai maupun menghormati waktu, tanggungjawab yang telah diberikan baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang ditetapkan suatu lembaga/organisasi dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Indikator disiplin belajar yang akan diuraikan dalam permasalahan ini meliputi aspek: (1) ketepatan waktu, (2) ketaatan, dan (3) tanggungjawab.

a) Ketepatan waktu

Slameto (2005) menjelaskan bahwa siswa yang berdisiplin tinggi, maka siswa tersebut selalu tepat waktu, selalu taat pada tata tertib. Alex dalam Rohana (2004) mengemukakan bahwa adanya keterlambatan seseorang dalam melaksanakan kegiatannya di luar kebiasaan dapat menunjukan indikasi disiplin kerja yang disebabkan oleh karena kemalasan, bila kemalasan seseorang berlarut‑larut akan mengakibatkan disiplin kerja menurun. Hal ini dapat dilihat dari aspek; tepat waktu dalam belajar, mengerjakan tugas, mengerjakan latihan baik disekolah maupun dirumah, masuk dan keluar kelas, keluar masuk pekarangan sekolah.

b) Ketaatan

Enco (2005) ketaatan adalah kesanggupan seorang untuk mentaati segala ketetapan, peraturan perundang‑undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, mentaati perintah yang diberikan orang yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Alex dalam Rohana (2004) mengemukakan bahwa ketaatan merupakan suatu yang penting dalam menegakkan disiplin, adanya pelanggaran‑pelanggaran terhadap disiplin maka pekerjaan tidak akan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Oleh karena itu seorang siswa yang taat akan dapat dilihat dari aspek: taat kepada peraturan atau tatatertib sekolah, taat terhadap tatatertib di kelas maupun di ruang praktik.

c) Tanggungjawab

Masalah tanggungjawab merupakan syarat utama dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan. Siswanto dalam Zoni (2007) menjelaskan tanggungjawab dapat dilihat dari sikap serta kesadaran yang tinggi dan menunjukkan rasa tanggungjawab yang besar terhadap pekerjaannya. Alex dalam Rohana (2004) mengemukakan bahwa seseorang yang bertanggungjawab di dalam suatu kegiatan, maka orang tersebut akan melaksanakan pekerjaaannya sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkannya. Seorang siswa yang bertanggungjawab akan dapat lihat dari; bertanggungjawab melaksanakan tugas yang diberikan, bertanggungjawab terhadap kewajibannya, bertanggungjawab terhadap pemakaian alat atau barang baik diruang praktik maupun dikelas.

Dapat disimpulkan bahwa siswa yang berdisiplin baik dapat dilihat dari indikator; (1) ketepatan waktu, (2) ketaatan, dan (3) tanggungjawab melaksanakan pembelajaran KKPI pada SMK Negeri 1 Bukittinggi.

B. Kerangka Pikir

Disiplin adalah kecenderungan seseorang untuk mentaati waktu yang telah ditetapkan, taat pada aturan, patuh dalam kegiatan dan mempunyai kesadaran dalam berbuat serta mempunyai rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Alex dalam Rohana (2004) mengatakan tingkat kedisiplinan seseorang mempunyai kontribusi terhadap hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Artinya semakin tinggi tingkat kedisiplinan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya, maka hasil yang dicapai akan semakin baik, sebaliknya semakin rendah tingkat kedisiplinan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya, maka hasil yang dicapai akan semakin kurang baik.

Hasil penelitian Zoni (2007) tentang “hubungan antara disiplin belajar dengan hasil belajar produktif siswa jurusan Teknik Elektro di SMKN 2 Payakumbuh” menyimpulkan bahwa, hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar produktif sebesar R2 = 0,352. Dan juga hasil penelitian Rohana (2004) tentang “kontribusi motivasi dan disiplin praktikum terhadap hasil belajar praktikum PKRE siswa kelas II Elektronika di SMKN 2 Payakumbuh” menyimpulkan bahwa, secara parsial dan secara bersama-sama motivasi dan disiplin praktikum mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap hasil belajar praktikum PKRE siswa kelas II Elektronika.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa disiplin belajar mempunyai hubungan terhadap hasil belajar siswa secara nyata. Gambaran kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat seperti berikut ini.

DISIPLIN BELAJAR


C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar KKPI siswa kelas II jurusan teknik otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu pengetahuan dalam upaya memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan metode penelitian pekerjaan penelitian akan lebih terarah, sebab metode penelitian bermaksud memberikan kemudahan dan kejelasan tentang apa dan bagaimana peneliti melakukan penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan Disiplin belajar terhadap hasil belajar Pelajaran KKPI Siswa Kelas II Teknik Otomotif di SMK Negeri 1 Bukittinggi. Suharsimi (2005:247) menyatakan penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel‑variabel yang berbeda dalam suatu populasi disebut penelitian correlational. Sifat perbedaan yang utama adalah usaha untuk mengetahui hubungan dan bukan sekedar deskripsi. Disini peneliti juga dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat serta besarnya arah hubungan yang terjadi.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran KKPI



Hasil belajar siswa Teknik Otomotif pada mata pelajaran KKPI adalah skor/nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran KKPI. Hasil belajar diperoleh dari nilai ujian semester 4 tahun ajaran 2009/2010 yang diambil dari dokumentasi guru pembimbing pada mata pelajaran KKPI di SMK Negeri 1 Bukittinggi.

2. Disiplin Belajar

Disiplin belajar merupakan suatu ketaatan seseorang dalam menghargai maupun menghormati waktu, tanggung jawab yang telah diberikan baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang ditetapkan suatu lembaga pendidikan dalam mencapai tujuan lembaga tersebut.

Indikator disiplin belajar yang akan diuraikan dalam permasalahan ini meliputi aspek: (1) ketepatan waktu, (2) ketaatan, dan (3) tanggungjawab siswa dalam belajar.

a) Ketepatan waktu

Ketepatan waktu merupakan pencapaian waktu sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari aspek: tepat waktu dalam belajar, mengerjakan tugas, mengerjakan latihan baik disekolah maupun dirumah, masuk dan keluar kelas, keluar masuk pekarangan sekolah.

b) Ketaatan

Kataatan adalah kesanggupan seseoarang untuk mematuhi peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, mematuhi perintah yang diberikan oleh guru maupun pihak sekolah serta kesanggupan untuk tidak melanggarnya. Oleh karena itu seorang siswa yang taat akan dapat dilihat dari aspek: taat kepada peraturan atau tata tertib sekolah, taat terhadap tata tertib di kelas maupun di ruang praktik.

c) Tanggungjawab Siswa dalam Belajar

Tanggungjawab merupakan kewajiban yang harus dipenuhi atau dilaksanakan. Seorang siswa yang bertanggungjawab akan dapat lihat dari aspek; bertanggungjawab melaksanakan tugas yang diberikan, bertanggungjawab terhadap kewajibannya, bertanggungjawab terhadap pemakaian alat atau barang baik diruang praktik maupun dikelas.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2005:85). Sedangkan menurut Sugiyono (2008:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan individu atau obyek penelitian yang diduga memiliki sifat dan karakteristik yang sama.

Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas II Teknik Otomotif pada semester 4 SMK Negeri 1 Bukittinggi tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri atas 4 kelas yaitu kelas II TMO 1, II TMO 2, II TMO 3, dan II TMO 4 dengan jumlah keseluruhan 104 siswa. Salah satu pertimbangan mengapa kelas II yang dipilih sebagai populasi penelitian adalah karena menurut informasi dari guru pembimbing di SMK N 1 Bukittinggi siswa kelas II mempunyai kecenderungan yang mencolok kurang baik dalam hal disiplin belajar di sekolah, hal ini karena masa-masa kelas II adalah masa remaja, dimana masa remaja adalah masa peralihan.

Komposisi populasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1. Gambaran jumlah populasi penelitian

No

Kelas/jurusan

Jumlah siswa

1

II TMO 1

26 orang

2

II TMO 2

27 orang

3

II TMO 3

26 orang

4

II TMO 4

25 orang

Jumlah

104 orang

Sumber: Tata Usaha SMKN 1 Bukittinggi

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008:118) ”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut”. Berdasarkan pendapat diatas bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling yakni pengambilan sampel secara acak dengan memperhatikan atau memperhatikan besar kecilnya perbandingan jumlah disetiap populasi. Sugiyono (2008:120) mengatakan bahwa dikatakan sederhana (simple) karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Teknik simple random sampling dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen.

Berdasarkan pendapat diatas, sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 40 % dari total populasi, maka jumlah sampel penelitian adalah sebesar 41 orang. Secara rinci sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 2.

Table 2. Sampel Penelitian

No

Kelas/jurusan

Perhitungan sampel

Sampel

1

I Otomotif 1

26/40x100= 10,4

10 orang

2

I Otomotif 2

27/40x100= 10,8

11 orang

3

I Otomotif 3

26/40x100= 10,4

10 orang

4

I Otomotif 4

25/40x100= 10

10 orang

Jumlah

41 orang

Pada perhitungan sampel diatas, angka-angkanya dibulatkan sehingga diperoleh banyak sampelnya adalah 41. Setelah diketahui banyak sampel perkelas, kemudian pengambilan sampel perkelas menggunakan teknik undian. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat daftar nama siswa perkelas dalam populasi

b. Menulis kode berupa nomor urut sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelas

c. Menulis kode tersebut pada kertas-kertas kecil yang telah dipersiapkan sebanyak populasi yang diteliti.

d. Memasukkan kertas kedalam kaleng kemudian dikocok-kocok, selanjutnya ambil gulungan kertas sebanyak sampel yang diperlukan.

e. Setiap nomor yang tertera dalam kertas yang terambil dicatat, itulah yang diambil menjadi subjek penelitian.

D. Instrumentasi dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan penelitian adalah Skala Likert. Sugiyono (2008:134) mengatakan bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini, fenomena sosial yang menjadi variabel adalah tentang disiplin belajar. Skala yang digunakan menggunakan lima alternatif jawaban yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang‑kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Sesuai dengan model skala Likert maka untuk butir pernyataan positif diberi skor untuk jawaban Selalu (SL)=5, Sering (SR)=4, Kadang‑kadang (KD)=3, Jarang (JR)=2, dan Tidak Pernah (TP)=1, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor Selalu (SL)=1, Sering (SR)=2, Kadang‑kadang (KD)=3, Jarang (JR)=3, dan Tidak Pernah (TP)=5.

Tabel 3. Skala Likert

No

Pernyataan

Skor Jawaban

SL

SR

KD

JR

TP

1

Positif (+)

5

4

3

2

1

2

Negatif (-)

1

2

3

4

5

dst

a. Penyusunan Instrumen

Adapun langkah‑langkah dalam penyusunan angket sebagai berikut:

a. Menganalisis variabel menjadi sub variabel dan indikator.

b. Membuat kisi‑kisi angket.

c. Menyusun butir pernyataan angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.

d. Mengkonsultasikan angket tersebut dengan pembimbing.

e. Mengujicobakan angket penelitian.

f. Menganalisa angket hasil uji coba (validitas, reliabilitas), sampai didapatkan angket yang baik.

Tabel. 4 kisi-kisi instrumen penelitian

Variabel

Aspek

Indikator

Jumlah Item

No Soal

Disiplin Belajar

Ketepatan waktu

a. Belajar

b. Bertugas

c. Latihan

d. Masuk kelas

e. Keluar kelas

f. Keluar masuk pekarangan sekolah

2

2

2

2

2

2

1-2

3-4

5-6

7-8

9-10

11-12

Ketaatan

a. Aturan

b. Perintah

c. Larangan

d. Kesepakatan

3

3

3

3

13-15

16-18

19-21

22-24

Tanggung

jawab

a. Tugas

b. Kewajiban

c. Barang

d. Alat

3

3

2

3

25-27

28-30

31-32

23-35

Jumlah

35 Butir

b. Uji Coba Instrumen

Uji coba angket dilakukan untuk mendapatkan instrument yang sahih dan handal dengan cara melihat validitas dan reliabilitas angket, sehingga angket tersebut memenuhi syarat untuk digunakan.

1) Penentuan Responden Uji Coba

Responden dalam penelitian ini berjumlah 41 orang. Namun untuk uji coba dalam penelitian ini peneliti menyebarkan angket kepada 30 orang siswa kelas II teknik otomotif SMK Negeri 1 Bukittinggi yang tidak termasuk dalam sampel penelitian dengan asumsi semuanya mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel penelitian.

2) Uji Kesahihan Instrumen (Validitas)

Uji validitas digunakan untuk mendapatkan validitas yang tinggi dari instrumen penelitian sehingga bisa memenuhi persyaratan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis butir, yaitu dengan cara mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Triton (2005:260) menyatakan kriteria pengujian analisis ini adalah: Jika nilai koefisien korelasi (rhitung) skor tiap butir dengan skor total lebih besar dan sama dengan nilai rtabel, pada taraf signifikansi (α =0,05), maka butir pernyataan instrumen dinyatakan valid. Sementara jika nilai koefisien korelasi (rhitung) skor tiap butir dengan skor total lebih kecil dari nilai rtabel pada taraf signifikansi (α=0,05), maka butir pernyataan instrumen dinyatakan tidak valid/gugur.

Secara matematis, uji validitas ini menggunakan korelasi sederhana (simple correlation) dari "Pearson" yang dirumuskan seperti berikut ini (Irianto , 2007: 137 ) :

Dimana:

rxy = Nilai koefisien korelasi masing-masing item

N = Jumlah sampel yang digunakan (responden)

∑X = Jumlah Skor nilai tiap item

∑Y = Jumlah Skor total tiap sampel

∑X2 = Jumlah kuadrat dari skor item

∑Y2 = Jumlah kuadrat dari skor total

∑XY2 = jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

Rangkuman hasil analisis jumlah butir instrument yang valid dan instrument yang tidak valid dari masing-masing variable penelitian dapat dilihat pada table 5 (Lampiran 2, hal: 61).

Table 5. Rangkuman Hasil Validitas Butir Instrumen

Variabel

Aspek

Indikator

Jumlah Item

No Soal

Valid

Disiplin Belajar

Ketepatan waktu

g. Belajar

h. Bertugas

i. Latihan

j. Masuk kelas

k. Keluar kelas

l. Keluar masuk pekarangan sekolah

2

2

2

2

2

2

1-2

3-4

5-6

7-8

9-10

11-12

2

2

2

1

2

2

Ketaatan

e. Aturan

f. Perintah

g. Larangan

h. Kesepakatan

3

3

3

3

13-15

16-18

19-21

22-24

2

2

2

2

Tanggung

jawab

e. Tugas

f. Kewajiban

g. Barang

h. Alat

3

3

2

3

25-27

28-30

31-32

23-35

2

2

2

2

Jumlah

35

34

Dari table 5, dapat dilihat bahwa dari 35 butir pernyataan tentang variable disiplin belajar yang valid sebanyak 34 butir pernyataan dan yang tidak valid 1 butir.

3) Uji Keterandalan Instrument (Reliabilitas)

Reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu petunjuk sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dengan kata lain, sejauh mana alat ukur yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama pula (Sugiyono, 2008:173).

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja (internal consistency), kemudian dianalisis dengan teknik belah dua (Split half) dari Spearman Brown. Secara matematis rumus Alpha Chronbach ini dapat digambarkan seperti berikut ini:

Dimana:

ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product momen antara belahan pertama dan kedua.

Triton (2005:248) menjelaskan kriteria pengujian analisis ini adalah: Jika nilai koefisien korelasi (ralpha) lebih besar dan sama dengan nilai rtabel pada taraf signifikansi (α =0,05), maka butir pernyataan instrumen dinyatakan reliabel. Sementara, jika nilai koefisien korelasi (ralpha) lebih kecil dari nilai rtabel pada taraf signifikansi (α =0,05), maka butir pernyataan instrumen dinyatakan tidak reliabel.

Rangkuman analisis uji reliabilitas masing-masing variable dapat dilihat pada Tabel 6 (Lampiran 3, hal: 65).

Table 6. Rangkuman Hasil Analisisuji Reliabilitas Instrumen

Variable

Nilai r

Keterangan

r α

r tabel

Disiplin Belajar

0,921

0,361

Reliable

Dari table 6 diatas dapat dilihat bahwa instrument penelitian variable disiplin belajar reliable.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi dalam dua bagian:

1. Pengumpulan data untuk variabel disiplin

a. Observasi langsung, dengan melihat fenomena yang terjadi dalam proses belajar mengajar pada pelajaran KKPI yang digunakan untuk data awal penelitian

b. Penyebaran angket penelitian yang dilakukan pada masing‑masing kelas populasi terhadap 41 orang siswa kelas II teknik otomotif tahun ajaran 2009/2010 semester 4 yang terpilih sebagai sampel penelitian dengan cara membagikannya secara langsung.

2. Pengumpulan data untuk variabel hasil belajar KKPI

Data hasil belajar siswa kelas II jurusan Teknik Otomotif diambil dari dokumentasi nilai akhir semester 4 pada guru pembimbing pelajaran KKPI di SMK Negeri 1 Bukittinggi.

4) Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap analisis deskriptif, tahap uji persyaratan analisis, dan tahap uji hipotesis.

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif ini menyajikan keadaan data masing‑masing variabel penelitian, seperti skor rata‑rata (mean), median, modus, standar deviasi, tabel distribusi frekuensi, gambar histogram distribusi frekuensi data, dan tingkat pencapaian responden masing‑masing variabel penelitian dengan menggunakan analisis skor ideal.

Tingkat pencapaian responden pada masing‑masing variabel ditentukan dengan 5 kategori interval (Anas dalam Lily: 2003), yaitu:

(Mi + 1,5 Sdi) – Ke atas = Sangat Tinggi

(Mi + 0,5 Sdi) - (Mi + 1,5 Sdi) = Tinggi

(Mi - 0,5 Sdi) - (Mi + 0,5 Sdi) = Sedang

(Mi - 1,5 Sdi) - (Mi - 0,5 Sdi) = Rendah

(Mi - 1,5 Sdi) – ke bawah = Sangat Rendah

Untuk menentukan skor rata-rata ideal digunakan patokan atau kurva normal sebagai berikut:

Mi = ½ (skor ideal maksimum + skor ideal minimum)

Sdi = 1/6 ( skor ideal maksimum + skor ideal minimum)

2. Uji Persyaratan Analisa Data

Pengujian persyaratan analisis ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Selanjutnya akan diuraikan berikut ini.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji Liliefors. Tujuan uji normalitas ini adalah untuk memeriksa/mengetahui apakah data populasi berdistribusi normal. Agus (2007: 275) mengatakan bahwa pedoman dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan uji Liliefors adalah sebagai berikut: jika Lhitungtabel, maka data berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas kepada setiap variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel X dengan variabel Y linier atau non linier. Sutrisno (2004) menyatakan : “salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk pengetesan koefisien korelasi hubungan antara variabel X dan variabel Y dalam populasi adalah mendekati hubungan linier”.

Sebelum pengujian keberartian dan linearitas persamaan regresi dilakukan, terlebih dahulu ditentukan bentuk persamaan regresi. Menurut Agus (2007:158) adalah:

Y= a + Bx

Dimana:

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji korelasi (Hubungan)

Rumus yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, penulis menggunakan rumus korelasi produk momen (Agus, 2007: 137 ), yaitu:

Dimana:

rxy = Nilai koefisien korelasi variabel X dan Y

N = Jumlah sampel yang digunakan (responden)

∑X = Jumlah Skor disiplin belajar siswa

∑Y = Jumlah Skor hasil belajar KKPI siswa

∑X2 = Jumlah kuadrat disiplin belajar siswa

∑Y2 = Jumlah kuadrat hasil belajar KKPI siswa

∑XY2 = jumlah perkalian antara disiplin belajar siswa dengan

hasil belajar KKPI siswa

b. Keberartian Korelasi

Uji keberartian korelasi dilakukan dengan uji-t (Agus, 2007: 146 ), dengan rumus:

Dimana :

t = distribusi t

r = koefisien korelasi

n =jumlah sampel penelitian

c. Uji Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus yaitu:

KP = r2 x 100%

Dimana:

KP = Nilai koefisien determinasi

r = Nilai koefisen korelasi



Tidak ada komentar: